Minggu, 01 April 2012

PENAFSIRAN ASPEK LEKSIKAL, KONTEKSTUAL DAN INFERENSI DALAM LIRIK LAGU KERONCONG ALUN-ALUN NGANJUK KARYA NOVITA ANGGRAINI (TINJAUAN ILMU WACANA)

PENAFSIRAN ASPEK LEKSIKAL, KONTEKSTUAL DAN INFERENSI DALAM LIRIK LAGU KERONCONG ALUN-ALUN NGANJUK KARYA NOVITA ANGGRAINI (TINJAUAN ILMU WACANA)


Oleh:

MOH. BADRUS SOLICHIN (080210402002)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010


1. Hakikat Wacana
` Kridalaksana (2001) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hirearki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Menurut Leech (1974) di dalam Yuwono (2005) wacana dapat diklasifikasikan atas: wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato wacana fatis apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan dalam pesta wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media masa wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan, seperti wacana puisi dan lagu wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau rekreasi dari mitra tutur atau pembaca. Wacana yang akan dianalisis dalam makalah ini adalah lirik lagu Camelia karya Ebiet G Ade yang dikategorikan sebagai wacana estetik.

2. Sejarah Musik Keroncong
Sekitar tahun 1930, di koya Surakarta sudah banyak bermunculan jenis musik orkes keroncong. Orkes yang disebut keroncong harus memenuhi syarat baku ialah memiliki biola, seruling, gitar, stringbas dan dilengkapi pula oleh alat-alat tiup. Nama-nama orkestra keroncong pada jaman itu antara lain Monte Carlo, Sinar Bulan yang akhirnya pecah menjadi dua. Dan selanjutnya lahir pula orkes bernama Sinar Muda dan orkes Bunga Mawar. Di Surakarta pertama-tama dikenalkan gaya baru dalam tabuhan yang berkendangan mempergunakan cello yang dipetik. Hasil dari kendangan tersebut menghidupkan warna musiknya menjadi lebih segar. Keroncong jaman dulu tidak memerlukan seorang dirigen sebagai pembimbing langsung pemain orkestra. Hal ini serasi dengan orkestra gamelan yang melibatkan puluhan yaga.
Menurut penuturan Gesang, keroncong adalah musik kebersamaan tetapi meminta mutu perorangan. Menurut pengamatan para tokoh musik sebelum jaman Jepang apa-apa yang dinamakan langgam itu pada mulanya adalah lagu keroncong atau yang dimainkan dengan gaya roffel berupa adaptasi dan sering kali ada adaptasi dari lagu-lagu jazz yang diperoleh dari cara mendengarkan dan menghafal lagu-lagu dari film-film Amerika atau dari piringan hitam (Sumarlam, 2004:113)

3. Mengapa Lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini Dijadikan Obyek Analisis Wacana Makalah Ini?
Ada beberapa alasan mengapa lagu Alun-Alun Nganjuk diplih sebagai objek dalam analisis wacana di makalah ini. Salah satu hal yang menjadi alasan adalah latar belakang lagu ini dan latar belakang penyanyinya yang berasal dari kabupaten Nganjuk. Sedangkan peniliti sendiri juga berasal dari kabupaten yang sama dari asal muasal lagu dan penyanyi lagu Alun-Alun Nganjuk. Selain alasan itu, lagu ini bisa dibilang sangatlah fenomenal di sekitar kalangan masyarakat Nganjuk maupun kota-kota lain yang ada di Jawa Timur.
Lagu Alun-Alun Nganjuk ini dinyanyikan oleh salah seorang penyanyi jebolan KDI 5 (Kontes Dangdut TPI). Tapi sebelumnya sosok penyanyi juga sudah dikenal oleh masyarakat Nganjuk sebagai penyanyi orkes panggilan. Eksistensi Novita Anggraini di blantika musik Indonesia selama kurang lebih lima tahunan ini menjadi evidensi bahwa dia adalah musisi baru yang layak diperhitungkan yang dan dihargai. Melalui lagu Alun-Alun Nganjuk yang begitu fenomenal dan monumental di hati masyarakat. Lagu cinta ini menjadi akrab di telinga masyarakat karena seringnya diperdengarkan oleh penyanyi sendiri ataupun dinyanyikan oleh penyanyi lain, bahkan lagu ini begitu populer dinyanyikan pengamen-pengamen jalanan. Hanya dalam waktu singkat setelah perilisan, lagu ini langsung meledak di pasaran. Alun-Alun Nganjuk memiliki syair yang sangat indah dengan diksi kejawen yang mudah diterima di telinga. Namun mengandung makna atau pengertian yang dalam. Sampai saat ini, setelah hampir lima tahun perilisan, lagu Alun-Alun Nganjuk masih sering terdengar di media. Karena alasan-alasan tersebut, lagu Alun-Alun Nganjuk dipilih peniliti sebagai objek kajian wacana dalam makalah ini.

4. Biografi Novita Anggraini
Novita Anggraini yang lebih akrab dipanggil Vita adalah jawara di ajang Kontes Dangdut TPI (KDI) 5 tahun 2008. Gadis kelahiran Nganjuk, 10 November 1987 ini adalah anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Darmoko dan Wiwik. Vita dan keluarganya berdomisili di Nganjuk dengan alamat Gugus wilis III, Jarakan, Kramat, Nganjuk. mereka (keluarga vita) hidup dengan kesederhanaan. Darmoko adalah seorang PNS di dinas pariwisata di Surabaya. Sedangkan Wiwik, ibu vita hanya ibu rumah tangga. keduanya dikaruniai anak lima orang. Tiga wanita dan dua laki laki. Sebelum Vita dikenal masyarakat luas setelah menjadi jawara KDI 5, ia sebelumnya sudah merilis beberapa album keroncong. Diantaranya Trisna kutha bayu I dan album kedua berjudul Trisna kutha bayu II. Ia juga sempat merilis album campursari bertitel TRESNO KUTO BAYU.
Novita Anggraini sebagai juara pertama KDI 5 mendapat hadiah sebesar Rp150 juta, penyanyi yang mengidolakan Iis Dahlia ini berkeinginan untuk memiliki album solo dangdut yang diramu dengan hip hop. Catatan perjalanan Vita dalam mengikuti audisi KDI 5 dapat diketahui sebagai berikut:
 Jalan panjangnya di KDI 5 dimulai dari audisi yang diikutinya di Surabaya.
 Datang ke kontes KDI 5 dengan membawa modal berupa prosentase SMS di Gerbang KDI sebanyak 35,73%.
 Kelebihan Vita antara lain tampil memukau di atas panggung, pribadi yang lucu, dan menggemaskan.
 Pemerintah Kabupaten Nganjuk telah berkoar di depan semua rakyatnya untuk mengirimkan dukungan SMS untuk Vita.
 Karakter suara sinden Vita yang kuat bisa membawanya menjadi penyanyi dangdut terkenal.
5. Penafsiran Aspek Leksikal, Kontekstual dan Inferensi dalam Lirik Lagu Keroncong Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini (Tinjauan Ilmu Wacana)

A. Analisis Aspek Leksikal
Aspek leksikal atau kohesi leksikal adalah hubungan antar unsur dalam wacana secara sistematis (Sumarlam, 2009:35). Kohesi leksikal dalam wacana ada enam macam, yaitu (1) repetisi (pengulangan), (2) sinonimi (padan kata), (3) kolokasi (sanding kata), (4) hiponimi (hubungan atas-bawah), (5) antonimi (lawan kata), (6) ekuivalensi (kesepadanan).
Di dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini semua aspek leksikal digunakan oleh pencipta lagu untuk menghasilkan lirik lagu sebagai sebuah wacana yang padu. Pemakaian kohesi leksikal dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tampak dalam penjelasan berikut ini.

1) Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Sumarlam, 2009:35). Unsur yang mengalami pengulangan pasti menjadi perhatian penuh bagi penciptanya. Macam-macam repetisi antara lain:




a) Repetisi Epizeuksis
Repetisi epizeuksis adalah pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan repetisi tersebut.

b) Repetisi Tautotes
Repetisi tautoes adalah pengulangan satuan lingual atau kata hingga beberapa kali dalam sebuah konstruksi. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan repetisi tersebut.

c) Repetisi Anafora
Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya (Sumarlam, 2009:36). Repetisi anafora dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Apo kowe ora ngerteni (4)
(Apa kamu tidak menungguku)
Kowe tak kangeni (5)
(Padahal kamu aku rindukan)

Pada kutipan lagu di atas terjadi repetisi anafora berupa pengulangan kata kowe pada baris keempat dan kelima. Repetisi semacam ini dimanfatkan oleh pencipta lagu untuk menyampaikan maksud bahwa kowe (tokoh pertama dalam lagu ini) sangat mencintai seseorang yang ditunjukan dengan kata kowe atau ‘kamu’.

d) Repetisi Epistrofa
Repetisi epistrofa adalah pengulangan satuan lingual kata, frasa pada akhir baris atau akhir kalimat. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan repetisi tersebut.

e) Repetisi Simploke
Repetisi simploke adalah pengulangan satuan lingual pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat seara berturut-turut. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan repetisi tersebut.

f) Repetisi Mesodiplosis
Repetisi mesodiplosis adalah pengulangan satuan lingual di tengah-tengah baris atau kalimat seara berturut-turut. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini ditemukan repetisi tersebut.
Apo kowe ora ngerteni (4)
(Apa kamu tidak menungguku)
Kowe tak kangeni (5)
(Padahal kamu aku rindukan)

Pada kutipan lagu di atas terjadi repetisi mesodiplosis berupa pengulangan kata kowe pada baris keempat dan kelima.

g) Repetisi Epanalepsis
Repetisi epanalepsis adalah pengulangan satuan lingual yang kata atau frasa terakhir dari baris atau kalimat yang merupakan pengulangan kata atau frasa pertama. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan repetisi tersebut.

h) Repetisi Anadiplosis
Repetisi anadiplosis pengulangan kata atau frasa terakhir dari baris atau kaliamat itu menjadi kata atau frasa pertama pada baris atau kaliamat berikutnya. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan repetisi tersebut.
i) Pengulangan Jumlah Suku Kata
Di dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak terdapat pengulangan jumlah suku kata dalam baris-baris liriknya bila kita mengamati dengan teliti.

2) Sinonimi (Padan Kata)
Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memilki makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama (Gorys Keraf, 2005:34).Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama; atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Abdul Chaer dalam Sumarlam, 2009:39). Kepaduan wacana didukung oleh sinonimi yang merupakan salah satu aspek leksikal. Fungsi sinonimi adalah menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana.
Sinonimi dapat dibedakan menjadi lima berdasarkan wujud satuan lingualnya, yaitu (1) sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat.
Di dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini terdapat tiga bentuk sinonimi yaitu sinonimi morfem (bebas) dengan morfem (terikat), sinonimi kata dengan kata dan sinonimi kata dengan frasa. Sinonimi tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
a) Sinonimi Morfem (Bebas) dengan Morfem (Terikat)
Lali tenan to dhik karo aku iki (12)
(Apa kamu lupa sungguhan dik dengan aku ini)
Ning terminal stasiun nggonku nggoleki (13)
(Di terminal dan stasiunlah aku mencarimu)

Pada kutipan di atas morfem bebas aku bersinonim dengan morfem (terikat) –ku dalam atiku.

b) Sinonimi Kata dengan Kata
Ning alun-alun tak goleki (6)
(Aku mencarimu di alun-alun)
Ning terminal stasiun nggonku nggoleki (13)
(Di terminal dan stasiunlah aku mencarimu)

Tampak pada kutipan (6) dan (7) di atas yaitu sinonimi kata dengan kata yaitu kata goleki dengan kata nggoleki yang memiliki arti mencari. Kedua kata tersebut memiliki makna sepadan.

c) Sinonimi Klausa dengan Kata
Sumilir angin wates nggugah kangene ati (3)
(Hingga hembusan angin malam menggugah rindu di hati)
Kowe tak kangeni (5)
(Padahal kamu aku rindukan)

Pada kutipan (3) diatas, terdapat sinonimi antara klausa dengan kata yaitu klausa nggugah kangene ati dengan kata tak kangeni pada kutipan (5) yang keduanya memiliki makna yang sepadan yaitu ‘merindukan’.

d) Sinonimi Kata dengan Krasa
Ning alun-alun goleki (6)
(Aku mencarimu di alun-alun)
Terminal stasiun tak ubengi (7)
(Bahkan aku mengelilingi terminal dan stasiun)

Kepaduan wacana tersebut didukung oleh aspek leksikal berupa sinonimi antara kata goleki ‘mencari’ pada baris ke-6dengan frasa tak ubengi ‘mengelilingi’ pada baris ke-7.

3) Antonimi (Oposisi Makna)
Antonimi dapat diartikan sebagai satuan lingual yang maknanya beralawanan atau beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya kontras makna saja. Berdasarkan sifatnya oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu :
a) Oposisi Mutlak
Oposisi mutlak adalah pertentangan makna secara mutlak. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan oposisi tersebut.

b) Oposisi Kutub
Oposisi kutub adalah oposisi makna yang tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan oposisi tersebut.

c) Oposisi Hubungan
Oposisi Hubungan adalah oposisi makna uyang bersifat saling melengkapi. Karena bersifat saling melengkapai maka kata yang satu dimungkinkan ada kehadirannya karena kehadiran kata yang lain yang menjadi oposisinya; atau kehadiran kata yang satu disebabkan oleh adanya kata yang lain (Sumarlam, 2009: 41-42). Kutipan kata yang mengandung oposisi hubungan dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini sebagai berikut.

Ning alun-alun tak goleki (6)
(Aku mencarimu di alun-alun)
Terminal stasiun tak ubengi (7)
(Bahkan aku mengelilingi terminal dan stasiun)

Pada data diatas terdapat oposisi hubungan antara kata alun-alun ‘tempat wisata’ pada kutipan (6) dengan kata Terminal stasiun ‘tempat berhintannya bus dan kreta api’ pada kutipan (7). Kata alun-alun kehadirannya akan lebih bermakna apabila ada Terminal stasiun dan sebaliknya sebagai tempat penantian sang kekasih pergi.

d) Oposisi Hirarkial
Oposisi Hirarkial adalah oposisi makna yang menyatakan deret jenjang atau tingkatan. Satuan lingual yang beroposisi hirarkial pada umumnya kata-kata yang menunjuk pada nama-nama satuan ukuran ukuran (panjang, berat, isi), nama satuan hitungan, penanggalan dan sejenisnya. Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan oposisi tersebut.

e) Oposisi Majemuk
Oposisi Majemuk adalah oposisi makna yang terjadi pada beberapa kata (lebih dari dua). Dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan oposisi tersebut.

4) Hiponimi (Hubungan Atas-Bawah)
Hiponimi adalah semacam relasi antara kata yang berwujud atas-bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain (Gorys Keraf, 2005:38). Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahas (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau lingual berhiponim itu disebut “hipernim” atau “superordinat” (Sumaralam, 2009:45). Penggunaan hiponimi dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Midero sajagad raya (9)
‘berkelilinglah sejagad raya’
Kalingana wukir lan samudra (10)
‘terhalang gunung dan lautan’
Lha kae lintange mlaku (6)
‘lha itu bintangnya berjalan’.


Pada kutipan lirik diatas, yang merupakan hipernim atau super ordinatnya adalah jagad raya ‘alam semesta’. Sementara itu yang termasuk dalam alam semesta sebagai hiponimnya adalah wukir ‘gunung’, samudra ‘samudra’ dan lintang ‘bintang’.

5) Ekuivalensi (Kesepadanan)
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, 2009:46). Kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya hubungan kesepadanan. Lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini terdapat dua morfem asal yang memiliki ekuivalensi dengan kata bentukan yang telah mengalami proses afiksasi. Penjabaran ekuivalensi pada lagu tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
a. Mecak’e endahing wengi kutha Nganjuk iki (2)
(Suasana keindahan malam di kota Nganjuk ini)
Sumilir angin wates nggugah kangene ati (3)
(Hingga hembusan angin malam menggugah rindu di hati)

b. Ning alun-alun tak goleki (6)
(Aku mencarimu di alun-alun)
Disekseni lampu alun-alun iki (11)
(Lampu alun-alun menjadi saksinya)

Pada data (a) hubungan makna antara kata wengi kutha dengan angin wates semua dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu suasana. Demikian pula pada data (b) yaitu hubungan makna antara kata alun-alun ‘manis’ dan lampu alun-alun yang mempunyai kata dasar alun-alun.

B. Analisis Aspek Kontekstual
Analisis kontekstual adalah analisis wacana dengan bertumpu pada teks yang dikaji berdasarkan konteks eksternal yang melingkupinya.baik konteks situasi maupun konteks cultural. Pemahaman konteks-konteks tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai prinsip penafsiran dan analogi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :

1) Penafsiran Personal
Berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Halliday dan Hasan (1992:16) menyebut penutur dan mitra tutur atau partisipan dengan istilah “pelibat wacana”. pelibat wacana biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukannya, jenis hubungan perannya, ciri fisik dan non-fisik, serta emosi penutur dan mitra tutur.
Untuk mengetahui pelibat wacana dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini, mari kita simak kutipan berikut:
Lunga tak anti-anti kapan nggonmu bali (1)
(Ketika kamu berpergian aku bertanya kapan kamu kembali)
Apo kowe ora ngerteni (4)
(Apa kamu tidak menungguku)
Kowe tak kangeni (5)
(Padahal kamu aku rindukan)
Ning alun-alun tak goleki (6)
(Aku mencarimu di alun-alun)
Terminal stasiun tak ubengi (7)
(Bahkan aku mengelilingi terminal dan stasiun)
Senajan setahun tak enteni (8)
(Walaupun satu tahun pasti aku tunggu)
Tresnamu sing tak gondheli (9)
(Rasa sayangmu yang aku harapkan)

Berdasarkan referensi pronomina persona mudah diketahui bahwa pelibat wacana dalam lagu tersebut adalah persona pertama tunggal aku ‘aku, saya’ dan pronomina persona kedua tunggal -mu ‘dirimu’. Unsur (seseorang atau nama orang) yang diacu oleh pronominal persona aku ‘aku’ tidak dapat ditemukan di dalam lagu tersebut karena sifat acuannya yang eksoforis. Sementara itu, unsur yang diacu oleh pronomina persona -mu ‘dirimu’pada kutipan di atas dapat ditemukan lagi di dalam bait selanjutnya karena sifat acuan yang endoforis. Pertanyaan yang muncul sebenarnya siapakah sesungguhnya aku ‘saya’ dan siapakah -mu ‘dirimu’ dalam lagu tersebut?
Aku sebagai penafsiran personal dalam lagu tersebut setidak-tidaknya mempunyai beberapa tafsiran yakni :
a. Pengarang lagu itu sendiri
b.Orang yang khusus menyanyikan lagu itu untuk dipopulerkan
c.Siapa saja yang membaca lirik lagu atau sengaja menyanyikan lagu tersebut.
d.seorang lelaki atau perempuan yang sedang dimabuk asmara.
Sedangkan -mu ‘dirimu’ atau adalah penafsiran terhadap pelibat wacana yang bisa ditafsirkan sebagai :
a. Ditujukan untuk seseorang yang dikasihi sang pengarang.
b. Kata sapaan dari seorang lelaki untuk kekasihnya atau sebaliknya.
c. Siapa saja yang menjadi pujaan hati atau orang yang didambakan.

2) Penafsiran Lokasional
Berkenaan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami wacana. Berdasarkan perangkat benda yang menjadi konteksnya kita dapat menafsirkan tempat terjadinya suatu situasi pada tuturan dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini sebagai berikut :
Mecak’e endahing wengi kutha Nganjuk iki (2)
(Suasana keindahan malam di kota Nganjuk ini)
Ning alun-alun tak goleki (6)
(Aku mencarimu di alun-alun)
Terminal stasiun tak ubengi (7)
(Bahkan aku mengelilingi terminal dan stasiun)

Pronominal demonstrative seperti kutha Nganjuk dan alun-alun, terminal stasiun merupakan tempat yang mengacu secara eksplisit (bisa saja tidak benar-benar dialami oleh pengarang saat menceritakan lagi tersebut) sehingga tidak ditemukan suatu situasi atau tempat karenanya sulit ditafsirkan.

3) Penafsiran Temporal
Berkaitan dengan pemahaman mengenai waktu. Berdasarkan konteksnya kita dapat menafsirkan kapan atau berapa lama waktu terjadinya situasi (peristiwa, keadaan, proses) dapat terlihat dalam lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini sebagai berikut:

Mecak’e endahing wengi kutha Nganjuk iki (2)
(Suasana keindahan malam di kota Nganjuk ini)
Sumilir angin wates nggugah kangene ati (3)
(Hingga hembusan angin malam menggugah rindu di hati)

Pronomina demonstrative waktu Mecak’e endahing wengi ‘ketika keindahan malam datang’ mengacu pada Sumilir angin wates itu ditafsirkan bahwa mungkin sang pengarang mengarang lagu itu terinspirasi ketika malam datang dan saat yang tepat untuk berkasih mesra oleh sepasang kekasih adalah ketika malam datang.

4) Penafsiran Analogi
Prinsip analogi digunakan sebagai dasar, baik oleh penutur maupun mitra tutur, untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari (bagian atau keseluruhan ) sebuah wacana. Dan dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini penafsiran analogi ditemukan dalam wacana sebagai berikut:
Sumilir angin wates nggugah kangene ati (3)
(Hingga hembusan angin malam menggugah rindu di hati)

Dari penganalogian Sumilir angin wates nggugah kangene ati (3) ditafsirkan bahwa semilirnya angin malam mengingatkan rasa rindu yang membuncah saat ditinggal sang kekasih. Sehingga dari analogi sebab akibat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud dari lirik lagu tersebut adalah lagu dari seorang pria atau perempuan yang sedang merindukan sang kekasih pujaan hatinya.





C. Analisis Aspek Inferensi
Adalah proses yang harus dilakukan oleh komunikan (pembaca/ pendengar/ mitra tutur) untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang diungkapkan oleh komunikator (pembicara/ penulis/ penutur).
Inferensi dapat diambil dari sebuah tuturan bergantung pada konteks yang menyertainya. Terdapat empat macam konteks yaitu: konteks fisik, konteks epistemis, konteks linguistic, dan konteks sosial.
1) Inferensi Fisik
Inferensi fisik yang terdapat di dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini dapat diketahui sebagai berikut:
Mecak’e endahing wengi kutha Nganjuk iki (2)
(Suasana keindahan malam di kota Nganjuk ini)
Sumilir angin wates nggugah kangene ati (3)
(Hingga hembusan angin malam menggugah rindu di hati)

Dari data di atas menunjukkan bahwa adanya konteks fisik yakni bahwa kerinduan sang kekasih begitu dinanti-nanti di saat malam tiba di kota Nganjuk.

2) Inferensi Epistemis
Inferensi epistemis yang terdapat di dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini tidak ditemukan konteks tersebut.

3) Inferensi Linguistik
Inferensi linguistik yang terdapat di dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini dapat diketahui sebagai berikut:
Lunga tak anti-anti kapan nggonmu bali (1)
(Ketika kamu berpergian aku bertanya kapan kamu kembali)
Lali tenan to dhik nggonmu janji-janji (10)
(Apa kamu lupa sungguhan dik, dengan janji-janjimu)
Disekseni lampu alun-alun iki (11)
(Lampu alun-alun menjadi saksinya)
Lali tenan to dhik karo aku iki (12)
(Apa kamu lupa sungguhan dik dengan aku ini)

4) Inferensi Sosial
Inferensi linguistik yang terdapat di dalam lirik lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini dapat diketahui sebagai berikut:
Senajan setahun tak enteni (8)
(Walaupun satu tahun pasti aku tunggu)
Tresnamu sing tak gondheli (9)
(Rasa sayangmu yang aku harapkan)
Lali tenan to dhik nggonmu janji-janji (10)
(Apa kamu lupa sungguhan dik, dengan janji-janjimu)
Disekseni lampu alun-alun iki (11)
(Lampu alun-alun menjadi saksinya)
Lali tenan to dhik karo aku iki (12)
(Apa kamu lupa sungguhan dik dengan aku ini)
Ning terminal stasiun nggonku nggoleki (13)
(Di terminal dan stasiunlah aku mencarimu)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa adanya inferensi sosial yang terjadi antara dua sang kekasih yang sedang dilanda kerinduan. Karena sudah beberapa lama berpisah tanpa bertemu kembali. Namun rasa kerinduan itu tak memudar sedikitpun, hingga ia sanggup menanti sang kekasih walaupun ia akan datang bertahun-tahun lamannya.
6. Kesimpulan
Dari proses analisis data yang telah dilakuakan, telah ditemukan simpulan terhadap analisis wacana lirik Lagu Alun-Alun Nganjuk Karya Novita Anggraini berdasarkan dari tiga aspek yang terdapat di dalam kajian wacana, yakni aspek leksikal, kontekstual dan aspek inferensi.
Ketiga aspek di atas secara umum dapat diketahui bahwa ketiga aspek tersebut digunakan oleh pencipta lagu Alun-Alun Nganjuk untuk menghasilkan lirik lagu sebagai sebuah wacana yang padu. Bahkan aspek tersebut memiliki nilai yang sepesifik di setiap bait-bait lirik lagu Alun-Alun Nganjuk karya Novita Anggraini. Bahkan ketiga aspek tersebut saling dominan menjadi tumpuan terbentuknya keindahan makna lirik lagu yang diciptakan pengarang, sehingga menghasilkan lirik lagu yang sangat menyentuh jiwa seseorang yang sedang ditinggal sang kekasih.
Begitu populernya lagu ini dikalangan masyarakat, bisa diakibatkan pengarang lagu yang begitu piawai dalam memilih diksi yang pas dan konteks yang menyentuh jika seseorang akan rindu kepada kekasihnya. Sehingga lagu ini begitu mudah diterima masyarakat luas.



Daftar Rujukan


Anggraini, Novita. 2005. Alun-Alun Nganjuk (Video Clip). Ndaru Breng: Nganjuk.

Kartomihardjo, Soeseno. 1992. Analisis Wacana dan Penerapannya (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar). SKIP: Malang.

Sumarlam. 2009. Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.

Sumarlam, dkk. 2004. Analisis Wacana, Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, dan Novel Drama. Bandung : Pakar Raya.
http://awan80.blogspot.com/analisis wacana lagu camelia karya ebiet g ade kajian tekstual dan konteks situasi.html. (Diakses pada tanggal 5 Desember 2010)
http://iphototv.blogspot.com/2008/08/pemenang-kdi-5-novita-anggraeni-vita.html. (Diakses pada tanggal 5 Desember 2010)
http://istana-musik.blogspot.com/2009/01/kumpulan-lagu-lagu-vita-kdi.html. (Diakses pada tanggal 5 Desember 2010)



Lampiran Lirik Lagu:
ALUN-ALUN NGANJUK
Karya, Vita Anggraini


Lunga tak anti-anti kapan nggonmu bali (1)
(Ketika kamu berpergian aku bertanya kapan kamu kembali)
Mecak’e endahing wengi kutha Nganjuk iki (2)
(Suasana keindahan malam di kota Nganjuk ini)
Sumilir angin wates nggugah kangene ati (3)
(Hingga hembusan angin malam menggugah rindu di hati)
Apo kowe ora ngerteni (4)
(Apa kamu tidak menungguku)
Kowe tak kangeni (5)
(Padahal kamu aku rindukan)
Ning alun-alun tak goleki (6)
(Aku mencarimu di alun-alun)
Terminal stasiun tak ubengi (7)
(Bahkan aku mengelilingi terminal dan stasiun)
Senajan setahun tak enteni (8)
(Walaupun satu tahun pasti aku tunggu)
Tresnamu sing tak gondheli (9)
(Rasa sayangmu yang aku harapkan)
Lali tenan to dhik nggonmu janji-janji (10)
(Apa kamu lupa sungguhan dik, dengan janji-janjimu)
Disekseni lampu alun-alun iki (11)
(Lampu alun-alun menjadi saksinya)
Lali tenan to dhik karo aku iki (12)
(Apa kamu lupa sungguhan dik dengan aku ini)
Ning terminal stasiun nggonku nggoleki (13)
(Di terminal dan stasiunlah aku mencarimu)
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Komikku Bendi (Komik Saku Bahasa Indonesia)
Produk Unggulan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
Untuk SD di Kabupaten Jember



PKM Kewirausahaan (PKM-K)


Diusulkan Oleh :
Yaumul Afifah 060210402145-(2006)
M. Badrus Solichin 080210402002-(2008)
Imanuel Budi 080210402009-(2008)
Megawati 080210402053-(2008)
Mei Cadika P. 030210401164-(2003)







HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Komikku Bendi (Komik Saku Bahasa Indonesia), Produk Unggulan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD di Kabupaten Jember.
2. Bidang Kegiatan : PKM-K
3. Bidang Ilmu : Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Yaumul Afifah
b. NIM : 060210402145
c. Jurusan : Bahasa dan Seni
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Jl. Sumatra II No.48 Jember
dan (0331) 324462 / 085236787632
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 5 Orang
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Arju Muti’ah, M.Pd
b. NIP : 131 577 288
c.Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Jl. Sriwijaya III No.10
7. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp 10.000.000 ,00
(Sepuluh Juta Rupiah)
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 12 Bulan
Jember, 17 Oktober 2009
Menyetujui
Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana Kegiatan
FKIP Umiversitas Jember

Drs. Sugiyanto, M.Hum Yaumul Afifah
NIP.131 472 790 NIM. 060210402145

Pembantu Rektor III Dosen Pendamping
Universitas Jember

Drs. Andang Subaharianto, M.Hum Dr. Arju Muti’ah, M.Pd
NIP. 131 877 453 NIP. 131 577 288

A. Judul : Komikku Bendi (Komik Saku Bahasa Indonesia), Produk Unggulan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD di Kabupaten Jember

B. Latar Belakang
Kondisi penggunaan bahasa Indonesia masa kini merupakan kondisi kumulatif dari kondisi-kondisi sebelumnya yang kurang mendukung upaya pembinaan dan pengembangan bahasa. Hal itu terjadi karena sejak kemerdekaan Republik Indonesia tidak ada contoh dan teladan dari para pemimpin bangsa. Seperti yang juga diungkapkan oleh Profesor Zainal Arifin, Peneliti Media Bidang Bahasa dari Pusat Bahasa Jakarta. Perihal suri teladan pimpinan terhadap kebahasaan Ia kemukakan sebagai bentuk perhatian yang kurang serius. Misalnya saja jargon bahasa Soekarno, “Kami punya bangsa, kami punya negara, kami punya rakyat.” Atau gaya bahasa Soeharto, misalnya memperhatiken, menginginken, semangkin. Bahkan pada era reformasi ini, ujar Profesor Zainal Arifin, bahasa Indonesia makin goyah karena goyahnya budaya nasional dan budaya suku, dengan alasan penguatan bahwa kini sudah era bebas bicara dan bebas berekspresi, sehingga bahasa Indonesia pun mengalami proses globalisasi.
Adapun Pemerintah sepenuhnya menyerahkan masalah pembinaan dan pengembangan kebahasaan kepada Pusat Bahasa untuk menyusun strategi dan kebijakan. Namun, harus jujur diakui, strategi dan kebijakan Pusat Bahasa masih cenderung elitis. Artinya, kebijakan yang dilakukan Pusat Bahasa hanya menyentuh lini dan kalangan tertentu, seperti Jurusan Pendidikan Bahasa atau Fakultas Sastra di Perguruan Tinggi. Sementara Pendidikan Dasar dan Menengah yang seharusnya menjadi basis pembinaan justru luput dari perhatian. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah diserahkan sepenuhnya kepada para guru bahasa (Sawali, 2008). Layak dipertanyakan, sudahkah para guru bahasa Indonesia di sekolah memiliki kompetensi yang memadai untuk menjadi satu-satunya sumber dalam membumikan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar?
Sawali Tuhusetya (2008) seorang praktisi pendidikan menuturkan bahwa ada beberapa strategi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia untuk pendidikan tingkat Dasar dan Menengah, diantaranya:
1. Menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang anak untuk berbahasa secara baik dan benar. Media televisi yang demikian akrab dengan dunia anak harus mampu memberikan keteladanan dalam hal penggunaan bahasa, bukannya malah melakukan pengrusakan diksi, ejaan, kosa kata maupun sintaksis bahasa.
2. Menyediakan buku yang “bergizi”, sehat, mendidik, menarik dan mencerahkan bagi dunia anak. Buku-buku yang disediakan tidak cukup hanya terjaga bobot isinya, tetapi juga harus betul-betul teruji penggunaan bahasanya sehingga mampu memberikan “vitamin” yang baik ke dalam ruang batin anak.
3. Menjadikan sekolah sebagai basis pembinaan bahasa Indonesia. Sebagai institusi pendidikan, sekolah dinilai merupakan ruang yang tepat untuk melahirkan generasi yang memiliki kecerdasan linguistik (bahasa). Bahasa Indonesia jelas akan menjadi sebuah kebanggaan dan kecintaan apabila anak-anak di sekolah gencar dibina, dilatih, dan dibimbing secara serius dan intensif sejak dini.
Strategi pembinaan bahasa Indonesia, yaitu penyediaan buku-buku yang sehat, mendidik, menarik dan mencerahkan bagi dunia anak adalah suatu kebutuhan yang harus segera dipenuhi dengan baik. Usia anak yang berada dalam masa pertumbuhan dan kemampuan mengingat yang sangat kuat, menjadikan faktor mengapa fasilitas media pembelajaran harus benar-benar diperhatikan agar ilmu yang mereka serap dapat membumi di ruang batin anak hingga mereka dewasa.
Untuk memenuhi kebutuhan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam bentuk penyediaan buku-buku, maka pengusul akan mendirikan usaha penerbitan Komikku Bendi (Komik Saku Bahasa Indonesia) untuk tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Jember. Komik sebagai alternatif media pembelajaran bahasa Indonesia dirasa tepat, fungsional dan prospektif karena media cerita bergambar ini terbukti cukup komunikatif dalam menyampaikan materi pelajaran sekaligus merangsang ruang imajinasi bagi anak.
Komik adalah seni visual berurutan dalam jarak yang berdekatan dan bersebelahan. Menurut Cloud (1993) komik memanfaatkan ruang dalam media gambar untuk meletakkan gambar demi gambar sehingga membentuk suatu alur cerita yang utuh. Di Jepang dan Amerika Serikat, buku komik yang bermutu telah digunakan secara meluas sebagai buku pelajaran sekolah. Buku pelajaran dalam bentuk komik dapat menjadi sarana pendidikan efektif untuk membangkitkan motivasi membaca dan belajar bagi siswa sekolah. Dengan komik, siswa dapat lebih mudah mengungkapkan ide, kritikan, perasaan, penafsiran, penganalisaan, penghayatan, dan wawasan mereka terhadap suatu ilmu. Di Indonesia, usaha penerbitan komik belum marak dilakukan karena terbentur oleh birokrasi pemerintah yang rumit. (Febridani, 2009).
Wahono dalam penelitiannya tentang peran seni komik Indonesia menyatakan bahwa 58 % masyarakat mengatakan bahwa komik Indonesia bisa menjadi buku pelajaran, sedangkan 42 % mengatakan tidak bisa dikarenakan kendala birokrasi yang rumit. Namun dalam kurun waktu lima tahun terakhir, media pembelajaran komik sudah mulai dibangkitkan lagi.Ini berarti sudah ada perkembangan dan peningkatan optimisme masyarakat terhadap keberadaan komik pendidikan. Namun sayangnya masih didominasi media komik sains, sementara penerbitan media komik bahasa Indonesia belum pernah ditemui (surve pengusul antara tahun 2008-2009 di daerah Kabupaten Jember).
Kabupaten Jember sebagai salah satu kota pendidikan di Jawa Timur memiliki pengaruh yang cukup besar terutama sebagai sentral pendidikan di daerah keresidenan Besuki. Sebagai sentral pendidikan, kebutuhan media pembelajaran di Kabupaten Jember terus berkembang secara massif, lebih-lebih dengan diterapkannya kebijakan SBI (Sekolah Berstandar Internasional) yang kini sedang gencar digalakkan oleh pemerintah untuk pengembangan pendidikan Indonesia di masa mendatang. Dengan munculnya beberapa Sekolah Dasar SBI di Kabupaten Jember, penerbitan Komikku Bendi (Komik Saku Bahasa Indonesia) untuk tingkat Sekolah Dasar akan sangat membantu kebutuhan belajar anak, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.

C. Perumusan Masalah
Sebagaimana konsep yang tertuang dalam latar belakang, maka rumusan dari usaha yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana spesifikasi produk media pembelajaran bahasa Indonesia ”Komikku Bendi” (Komik Saku Bahasa Indonesia)?
2. Bagaimana prospek atau peluang pasar media pembelajaran bahasa Indonesia ”Komikku Bendi” (Komik Saku Bahasa Indonesia)?
3. Bagaimana prosedur pemasaran produk pembelajaran bahasa Indonesia ”Komikku Bendi” (Komik Saku Bahasa Indonesia)?
4. Apa saja media promosi yang digunakan untuk mengenalkan produk pembelajaran bahasa Indonesia ”Komikku Bendi” (Komik Saku Bahasa Indonesia)?
5. Apa saja keunggulan dan manfaat dari produk media pembelajaran bahasa Indonesia ”Komikku Bendi” (Komik Saku Bahasa Indonesia)?

D. Tujuan Program
Tujuan dari pengadaan usaha penerbitan “Komikku Bendi” adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kontribusi pendidikan Bahasa Indonesia dalam bentuk media pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jember.
b. Melalui produk ”Komikku Bendi” pengusul memanfaatkan peluang pasar untuk menghasilkan keuntungan fianansial.

E. Luaran yang Diharapkan
Masyarakat dapat menerima produk “Komikku Bendi” (Komik Saku Bahasa Indonesia) sebagai media alternatif pembelajaran Bahasa Indonesia dalam bentuk komik saku bergambar (full colour) dengan karakter tokoh si Bendi, berukuran panjang 16 cm dan lebar 11 cm, ketebalan antara 5-10 mm dan diterbitkan dalam beberapa seri (sesuai dengan kebutuhan materi bahasa Indonesia tingkat dasar).

F. Kegunaan
Manfaat yang dapat diambil dari pengadaan usaha penerbitan ”Komikku Bendi” untuk Sekolah Dasar di Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:
1. Siswa mengetahui dan memahami Bahasa Indonesia yang baik dan benar
2. Guru dapat menggunakan ”Komikku Bendi” sebagai media alternatif pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat Dasar.
3. Menumbuhkembangkan jiwa wirausaha mahasiswa
4. Membuat usaha yang menghasilkan keuntungan finansial secara berkelanjutan
5. Membantu mitra usaha lain untuk mengembangkan usahanya melalui kerjasama kemitraan.
G. Gambaran Umum Rencana Usaha
1. Analisis Produk
1.1 Jenis, Nama dan Karakteristik Usaha
Jenis Produk : Buku komik pelajaran bahasa Indonesia
Nama Produk : Komikku Bendi (Komik Saku Bahasa Indonesia) Untuk Sekolah Dasar.
Karakteristik Usaha : berbentuk penerbitan buku khusus komik mata pelajaran, tingkat Sekolah Dasar.
Spesifikasi Produk :
• komik saku bergambar (full colour)
• berukuran panjang 16 cm dan lebar 11 cm
• ketebalan antara 5-10 mm
• diterbitkan dalam beberapa seri (disesuaikan dengan kebutuhan materi bahasa Indonesia tingkat dasar).


1.2 Keunggulan Produk dibanding Produk Lain di Pasaran
Produk ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
a. Diterbitkan secara berseri, sehingga konsumen dapat memilih materi pelajaran Bahasa Indonesia sesuai kebutuhan.
a. Menerima pemesanan buku ”Komikku Bendi” tanpa minimum order, artinya lembaga atau individu dapat memesan sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang dimiliki.
b. Harga buku lebih terjangkau.
c. Lokasi produksi yang berada di dalam kabupaten Jember mempermudah proses pemesanan dan mempercepat pengiriman produk.

1.3 Keterkaitan Produk dengan Usaha Lain
Untuk menunjang produk ini, Pengusul membutuhkan kemitraan usaha lainnya. Bentuk-bentuk kemitraan usaha yang dilakukan meliputi:
a. Mitra Usaha Penerbit dan Percetakan
Penerbit Madani, Media Anak Indonesia
Perumahan BTN Mastrip Blok W-7 Jember (0331) 338040
Konsep kerjasama :
Tim pengusul menawarkan master-master komik yang telah dibuat kepada Percetakan Madani. Jika master-master komik tersebut disetujui untuk dicetak, maka tim pengusul akan menawarkan konsep kerjasama diantaranya:
1. Hak percetakan, penerbitan dan pemasaran sepenuhnya diberikan kepada percetakan Madani, namun hak cipta Komikku Bendi milik tim pengusul
2. Selain pemasaran diatur langsung oleh percetakan, tim pengusul berhak untuk memasarkan dan mempromosikan Komikku Bendi
3. Mengenai pembagian financial dan royalti, akan diatur dalam perjanjian dan pembicaraan selanjutnya.

b. Mitra Pemasaran Produk
b.1 Toko Buku Toga Mas
SAC Universitas Jember, Tegal Boto-Jember
b.2 Toko Buku Gramedia
Jl. Trunojoyo Jember
b.3 Kios-Kios Buku di seluruh kabupaten Jember
Konsep kerjasama : mitra pemasaran produk memasarkan Komikku Bendi kepada konsumen. Adapun pasokan produk berasal dari tim pengusul maupun langsung dari percetakan. Mengenai pembagian profit antara penerbit dan mitra pemasaran produk akan dibicarakan pada perjanjian selanjutnya.
c. Toko Alat-Alat Pembuatan Komik
Senyum Media Stationery
Jl. Kalimantan No.7 Jember
Konsep kerjasama: menjalin kerjasama dalam penyediaan kebutuhan alat-alat pembuatan komik, dengan penawaran tim pengusul akan selalu mengambil kebutuhan alat-alat pembuatan komik dari mitra penyedia kebutuhan alat, sebaliknya mitra menjual alat-alat dan bahan pembuatan komik dengan harga miring (diskon) 20-30% setiap belanja.

2. Analisis Pasar
2.1 Profil Konsumen
Masyarakat umum, orang tua yang memiliki putera-puteri SD, para guru, para siswa dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
2.2 Potensi Pasar
a. Masyarakat Jember, lembaga-lembaga pendidikan formal dan informal tingkat SD Se-Kabupaten Jember, lembaga bimbingan belajar Se-Kabupaten Jember, para guru dan siswa SD Se-Kabupaten Jember serta daerah Kampus (Unej dan Unmuh), sebagai pasar yang produktif dalam membuat usaha media pembelajaran ”Komikku Bendi”.
b. Pesatnya perkembangan metode belajar anak dan tuntutan kreatifitas mengajar guru menyebabkan usaha media pembelajaran akan terus berkembang dan meningkat.
2.3 Pesaing dan Peluang Pasar
Adapun pesaing dari produk ”Komikku Bendi” (Komik Saku bahasa Indonesia) adalah buku-buku seri bergambar pelajaran Sains dan Bahasa Inggris yang banyak dijual di pasaran dari tingkat Kelompok Bermain hingga ke tingkat Sekolah Dasar, namun pesaing pasar bersifat pasif karena tidak dalam satu jalur (berbeda mata pelajaran).
Sedangkan di pasaran, belum pernah ditemui adanya buku-buku seri bergambar materi bahasa Indonesia dari berbagai tingkat (hanya ada buku-buku dongeng bergambar berbahasa Indonesia). Hal inilah yang mampu menjadi peluang pasar yang sangat bagus dan menarik, karena belum ada komik yang serupa dengan Komikku Bendi.
3. Media Promosi yang Digunakan dan Proses Promosi
Media – media promosi yang akan digunakan melalui:
a. Katalog
Membuat katalog yang berisi produk dengan ukuran A4 Full Colour, desain menarik dan menyenangkan (katalog dengan kalender atau buku agenda).
Proses promosinya yaitu dengan memberikan katalog sebagai hadiah pemesanan produk untuk konsumen, yang di dalamnya ditambah dengan kertas agenda dan kalender, sehingga katalog dapat digunakan oleh konsumen secara aktif.
b. Buletin / Majalah
Kerjasama dengan buletin kampus dan majalah-majalah sekolah yang terbit secara berkala seperti Pijar, Marvels, Bina Ananda, dan sebagainya.
Proses promosinya melalui iklan yang dipasang dalam media buletin dan majalah-majalah sekolah, dimana pembacanya mayoritas orang tua murid atau anak-anak sekolah.
c. Launching ”Komikku Bendi”
Bekerjasama dengan HMP IMABINA (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia) mengadakan peluncuran perdana ”Komikku Bendi” yang dipadukan dengan seminar media pembelajaran Bahasa Indonesia, dengan melibatkan para guru dan seluruh praktisi pendidikan Bahasa Indonesia Se-Keresidenan Besuki.
d. Seminar atau Event
Bekerjasama atau menjadi sponsor suatu kegiatan. Proses promosinya tim pengusul menawarkan kepada panitia akan memberikan paket Komikku Bendi sebagai hadiah/kenang-kenangan, dan tim pengusul mendirikan stand penjualan buku ”Komikku Bendi” (Komik Saku Bahasa Indonesia) serta pihak panitia harus menyampaikan iklan Komikku Bendi selama acara berlangsung.
e. Website
Membuat publikasi tentang ”Komikku Bendi” (Komik Saku Bahasa Indonesia) dan melayani penjualan”Komikku Bendi” melalui website di internet (on line).
f. Manusia
Teknik pemberitahuan dari mulut ke mulut (word of mouth) untuk memberikan informasi sekaligus meminta referensi dari konsumen yang telah menggunakan media pembelajaran ”Komikku Bendi”. Media promosi manusia selain untuk promosi produk, juga mampu menjadi media evaluasi produk.
g. Melalui LINK FM ( Lintas Informasi dan Komunikasi) radio
Kerjasama dengan radio prodi HMP IMABINA FKIP UNEJ untuk mempromosikan Komikku Bendi (Komik Saku Bahasa Indonesia) ke masyarakat. Proses promosinya melalui iklan yang dipasang dalam LINK, karena mayoritas pendengar LINK adalah masyarakat pemerhati pendidikan dan para remaja dan anak-anak sekolah.

4. Target Rencana Penjualan Satu Tahun
a. Triwulan Pertama
1. 40% sekolah-sekolah di sekitar daerah kampus mengenal ”
Komikku Bendi” dan 15 % membeli produk tersebut
2. Membangun dan mengembangkan label ”Komikku Bendi”

b. Triwulan Kedua
1. 65 % Sekolah-Sekolah Dasar, Lembaga-Lembaga Bimbingan Belajar di sekitar kampus Unej dan Unmuh Jember mengenalnya, dan 25 % menggunakan produk ”Komikku Bendi”
2. Pendekatan ke Sekolah-Sekolah dan lembaga pendidikan di luar kampus
3. Mempertahankan pelanggan yang sudah ada
c. Triwulan Ketiga
1. Mempertahankan target triwulan pertama dan kedua
2. Mengembangkan produk ”Komikku Bendi”
3. Memperkuat Label ”Komikku Bendi”
4. Mempertahankan pelanggan

d. Triwulan Keempat
1. Mempertahankan target triwulan pertama, kedua, ketiga dan meningkatkannya
2. Label ”Komikku Bendi” telah kuat di kalangan Lembaga Pendidikan Dasar di Kabupaten Jember
3. Mempertahankan pelanggan
4. Memperkuat modal untuk pengembangan ”Komikku Bendi” selanjutnya

5. Lokasi Usaha
Lokasi usaha kami terletak di Jalan Sumatra II No.48 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Lokasi yang akan dijadikan tempat usaha Komikku Bendi (Komik Saku Bahasa Indonesia) berada di pusat kampus (1,5 kilometer dari kampus Universitas Jember) sehingga keberadaan lokasi usaha sangat mudah dijangkau oleh para pelanggan/konsumen.

H. Metode Pelaksanaan
1. Bentuk Pelaksanaan Usaha
Pelaksanaan usaha ini memiliki tujuan dengan beberapa metode dan indikator sebagai berikut:

Proses Produksi Usaha
Berikut ini akan dijelaskan proses produksi/pembuatan Komikku Bendi (Komik Saku bahasa Indonesia) :
1. Setelah memperoleh data materi bahasa Indonesia yang dibutuhkan, buat konsep cerita dengan tokoh, alur dan latar lengkap yang semuanya dikaitkan dengan materi tersebut. Setiap seri komik tetap mempertahankan karakter tokoh ”Si Bendi” dan kawan-kawannya
2. Setelah konsep cerita selesai, maka dibuatlah master komik yang sesuai dengan konsep cerita
3. Master komik yang telah selesai dibuat, kemudian dilakukan proses pewarnaan secara manual
4. Setelah melalui proses pewarnaan, kemudian dilakukan proses scanning agar dapat diedit dan dilakukan penghalusan secara digital
5. Setelah proses penghalusan selesai, master komik dicetak menggunakan printer untuk mengukur kualitas warna dan isi, jika masih terdapat kekurangan maka proses pengeditan dapat dilakukan kembali.
6. Setelah proses penghalusan warna sempurna, master dikirim ke percetakan untuk proses penggandaan komik. Setelah melalui proses uji kelayakan dan uji kualitas, seri komik dipasarkan ke konsumen.













I. Jadwal Kegiatan Program
Rencana jadwal kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh pengusul adalah sebagai berikut:
No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Observasi kebutuhan materi BI dan tingkat kesulitan siswa terhadap materi BI di kabupaten Jember


2. Pembuatan master-master ”Komikku Bendi” (tiga seri komik perdana)
3. Kerjasama dengan penerbit Madani untuk pencetakan dan penerbitan komik


4. Seminar media pembelajaran dan peluncuran perdana ”Komikku Bendi” kerjasama dengan HMP IMABINA
5. Masa promosi

6. Pengembangan wilayah pemasaran

7. Laporan kegiatan usaha












J. Rancangan Biaya
Perkiraan biaya untuk program usaha ini dapat diuraikan sebagai berikut:
No. Uraian Frekuensi Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1.


















2.






3.





4.


5. Bahan Habis Pakai
1.1. Bahan Master Komik
a. Kertas A4 80 gr
b. Spidol Snowman 24 colouring markers
c. Spidol Boardmarker
d. Pensil 2B Faber Castell
e. Crayon 55 Oil Pastel
f. Penghapus Faber Castell


1.2. Biaya Pembuatan Proposal
a. Fotocopy 20 lembar dan penjilidan
b. Biaya pengetikan
c. Biaya materai kontrak
Peralatan Penunjang PKM
a. Komputer Pentium 4
b. Printer Epson C58
c. Scanner Canon 3000 ex
d. Meja
e. Kursi

Biaya Perjalanan
a. Distribusi Pengiriman ”Komikku Bendi”
ke sekolah/kios buku
b. Biaya transportasi

Biaya perawatan peralatan PKM

Lain-lain
a. Laporan kegiatan atau dokumentasi
b. Biaya konsumsi tim

Total Biaya

5 rim
2 pak

4 buah
1 pak
2 pak
5 buah




10 buah


20 buah




1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah


90 hari

30 hari

30 hari









33.000
18.500

5.000
26.400
60.000
2.500




5.000


6.000



4.000.000
600.000
600.000
100.000
50.000



20.000

20.000







165.000
37.000

20.000
26.400
120.000
12.500

380.900


50.000

100.000
120.000

270.000

4.000.000
600.000
600.000
100.000
150.000

5.450.000

1.800.000

600.000
2.400.000
800.000



100.000

599.100

10.000.000

K. Analisis Keuntungan
Modal yang disarankan : Rp 10.000.000,00
Biaya tetap :
1. Biaya pengiriman produk Komikku Bendi Rp 1.800.000
2. Biaya transportasi Rp 600.000
3. Biaya perawatan peralatan PKM Rp 800.000
Rp 3.200.000
Biaya tidak tetap :
1. Biaya bahan habis pakai Rp 380.900

Adapun laba yang diharapkan Rp 50.000/20 buku (1 karton) maka laba bersih dalam 1 bulan untuk 50 Sekolah Dasar di Kabupaten Jember sebanyak Rp 2.500.000/bulan
(prediksi laba selama 1 bulan percobaan produksi, laba akan meningkat seiring dengan kuantitas produksi yang dihasilkan)

Perhitungan Break Event Point :
Total biaya tetap
Harga jual/unit – variabel cost/unit

3.200.000 = 3.200 unit/buku
15.000 – 14.000
Sehingga jika per hari 20 buku/sekolah maka modal kita akan kembali selama 160 hari atau kurang lebih setengah tahun.










LAMPIRAN I


DAFTAR BIODATA
KETUA
Nama : Yaumul Afifah
Tempat Tanggal Lahir : Jember, 2 Mei 1988
Alamat Rumah/Kost : Jl. Sumatra II No. 48 Tegal Boto-Jember
Jurusan/Fakultas : Bahasa dan Seni/ Keguruan dan Ilmu Pendidikan
NIM : 060210402145
Telepon / HP : (0331)324 462/ 085236787632
Email : yaumul_chip@yahoo.com
Pengalaman Organisasi : Pengurus Kestari UKKI-MASA FKIP UNEJ
Sekretaris Umum HMP IMABINA 2009/2010
Bidang Keilmuan IMM KoTA-UNEJ
Waktu Untuk Kegiatan PKM : 16 jam/minggu

ANGGOTA 1
Nama : Moh. Badrus Solichin
Tempat Tanggal Lahir : Nganjuk, 30 Agustus 1989
Alamat Rumah/Kost : Jl. Sumatra IV No.84 Tegal Boto - Jember
Jurusan/Fakultas : Bahasa dan Seni/ Keguruan dan Ilmu Pendidikan
NIM : 080210402002
Telepon / HP : 085730031156
Email/Blog : cah_sholih@ymail.com/ www.maliassyah.blogspot.com
Pengalaman Organisasi : Pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Jember
Anggota Teater Tiang FKIP-UNEJ
Waktu Untuk Kegiatan PKM : 12 jam/minggu



ANGGOTA 2
Nama : Megawati
Tempat Tanggal Lahir : Jember, 24 April 1989
Alamat Rumah/Kost : Jl. Halmahera II No.27 Jember
Jurusan/Fakultas : Bahasa dan Seni/ Keguruan dan Ilmu Pendidikan
NIM : 080210402053
Telepon / HP : 085258224455
Email : me.gafan@yahoo.co.id
Pengalaman Organisasi : Anggota Teater Tiang FKIP-UNEJ
Waktu Untuk Kegiatan PKM : 12 jam/minggu

ANGGOTA 3
Nama : Imanuel Setyo Budi
Tempat Tanggal Lahir : Probolinggo, 13 November1989
Alamat Rumah/Kost : Jl. Karimata, gang. Murni No.169 Jember
Jurusan/Fakultas : Bahasa dan Seni/ Keguruan dan Ilmu Pendidikan
NIM : 080210402009
Telepon / HP : 085752873073
Email : B4IM_SCORI_13@yahoo.com
Pengalaman Organisasi : Pecinta alam SMAK Mater Dei Probolinggo
PMR SMAK Mater Dei Probolinggo
Waktu Untuk kegiatan PKM : 12 jam/minggu









ANGGOTA 4
Nama : Mei Cadika Prajayanto
Tempat Tanggal Lahir : Banyuwangi,7 Mei 1985
Alamat Rumah/Kost : Jl. Sumatra II No. 48 Jember
Jurusan/Fakultas : Bahasa dan Seni/ Keguruan dan Ilmu Pendidikan
NIM : 030210401164
Telepon / HP : 081234511387
Email : mei.cadika@yahoo.com
Pengalaman Organisasi : Ketua Umum KAMMI Komsat FKIP-UNEJ
Waktu Untuk kegiatan PKM : 12 jam/minggu

BIODATA DOSEN PENDAMPING

1. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Arju Muti’ah, M.Pd
2. Golongan Pangkat dan NIP : Penata tk. I/IV a
3. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
4. Jabatan Struktural : -
5. Fakultas : Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
6. Perguruan Tinggi : Universitas Jember
7. Bidang Keahlian : Linguistik





Jember, 19 Oktober 2009
Tertanda,


Dr. Arju Muti’ah, M.Pd
NIP. 131577288

LAMPIRAN II
Gambaran Teknologi yang Akan Diterapkan

Kegiatan kewirausahaan yang akan dilaksanakan ini adalah membuat media pembelajaran bahasa Indonesia dalam bentuk komik berseri, untuk tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Jember. Media pembelajaran dalam bentuk komik adalah salah satu media yang cukup efektif untuk merangsang minat belajr anak, selain juga untuk menumbuhkan daya ide dan kreatifitasnya.
Scott Mc Cloud (1993) dalam bukunya Understanding Comics menjelaskan bahwa komik adalah seni visual berurutan dalam jarak yang berdekatan dan bersebelahan. Menurut Cloud, komik memanfaatkan ruang dalam media gambar untuk meletakkan gambar demi gambar sehingga membentuk suatu alur cerita yang utuh. Komik bukan hanya sebatas fiksi atau ”dongeng pengantar tidur”, tetapi komik juga berfungsi sebagai media komunikasi visual yang dapat diterapkan sebagai alat bantu pendidikan. Selain untuk mendukung perkembangan pendidikan di Indonesia, produk ini juga memiliki peluang pasar yang cukup tinggi, terutama karena masih minimnya keberadaan media pembelajaran bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan proses pembuatan Komikku Bendi (Komik Saku bahasa Indonesia) :
1. Setelah memperoleh data materi bahasa Indonesia yang dibutuhkan, buat konsep cerita dengan tokoh, alur dan latar lengkap yang semuanya dikaitkan dengan materi tersebut. Setiap seri komik tetap mempertahankan karakter tokoh ”Si Bendi”
2. Setelah konsep cerita selesai, maka dibuatlah master komik yang sesuai dengan konsep cerita
3. Master komik yang telah selesai dibuat, kemudian dilakukan proses pewarnaan secara manual
4. Setelah melalui proses pewarnaan, kemudian dilakukan proses scanning agar dapat diedit dan dilakukan penghalusan secara digital
5. Setelah proses penghalusan selesai, master komik dicetak menggunakan printer untuk mengukur kualitas warna dan isi, jika masih terdapat kekurangan maka proses pengeditan dapat dilakukan kembali
Lampiran III
Peta Pemasaran Komikku Bendi
Berdasarkan Wilayah Kecamatan
Di Kabupaten Jember

























Gambar 1.1

















Lampiran IV

Contoh Cover Komikku Bendi
Edisi Sinonim dan Antonim
Dengan kisah ”Layang-Layang Ajaib”
































Gambar 1.2


Gambar 1.3



































Gambar 1.4
Salah satu mitra usaha penerbitan Komikku Bendi








Gambar 15
Hasil pembuatan cover dan master isi Komikku Bendi

Pengumuman Pemenang Kompetisi 30 Hari 30 Buku dari Penerbit Bentang Pustaka

Berikut daftar pemenang:
Naskah Jawara:
Juara I A Massage From Borneo (Riawani dan Shabrina)
Juara II Frienenemy (Ayuwidya)
Juara III Soba Ni Iru Yo (Yoana Dianika)


10 Naskah Terbaik:
1. No Other (Charina S)
2. Runaway Day (Naloa)
3. Love Storm (Clara Canceriana)
4. My Daddy ODHA (Siti Fairuz)
5. Un Populer (Niken Anggrek Wulan)
6. Looking for Mr.Kim (Aida Mas)
7. Kira (Dhian)
8. Summer (Lovita Marita)
9. A Wonderfull Stupid (Elsa Puspita)
10. Mr. Said Phobia (Netty Virgiantini)

Selamat kepada para pemenang, naskah akan dibukukan.
 Bagi yg belum menang, masih ada beribu peluang untuk memermak karya kita dan melempar ke penerbit-penerbit lain di Indonesia. Konon jumlah penerbit di Indonesia ratusan bahkan mungkin ribuan. Ayo benahi naskah kita! Jangan Putus ASA!

Semangat Menulis..... :)